Jumat, 14 Maret 2014

Hamil di Usia Belia

,
Mengapa anak diusia belia yang sedang hamil cenderung tidak menerima kehamilannya?
Sebagian besar masyarakat meyakini bahwa kehamilan merupakan simbol dari kesempurnaan perempuan. Karena dengan proses kehamilan, sebagai pintu awal menuju kepemilikan status seorang ibu.

Tahapan hidup yang dikenal penuh dengan tatalaku yang ketat ini, biasanya dilalui dengan tahapan pernikahan. Melalui prosesi upacara pernikahan, secara sosial, masyarakat mengharapkan perempuan dari pasangan yang menikah itu, segera memiliki momongan. Perempuan yang berhasil hamil setelah menikah, segera disambut dengan kebahagian sosial. Beragam sambutan spesial dari masyarakat tersebut diantaranya dapat dilihat dengan semakin perhatiannya pada perempuan yang sedang hamil, menghadiri prosesi tujuh bulan usia kehamilan, hingga menghadiri kelahiran anak dengan membawa aneka barang untuk sang bayi yang penuh sentuhan kasih sayang.

Dalam deskripsi di atas, perempuan yang sedang hamil pascamenikah, telah dijaga secara sosial. Anggota masyarakat satu dengan yang lainnya selalu mengharap akan lahir anggota baru dalam masyarakat yang bertatalaku baik. Sehingga anak yang baru lahir itu juga sebagai tanggung jawab sosial.

Lantas bagaimana dengan perempuan yang berusia belia, telah hamil tanpa diawali dengan prosesi 
pernikahan? Lantas bagaimana juga perilaku masyarakat dalam berinteraksi dengan kelahiran anaknya nanti?

Pada masyarakat yang masih memegang teguh norma kehamilan, dimana kehamilan harus diawali dengan proses pernikahan, maka masyarakat akan serta merta mencibirnya. Perempuan hamil tanpa menikah akan dicemo’oh, dihina, hingga dikucilkan dari panggung sosial. Bahkan keluarga dari perempuan yang hamil sebelum menikah itu, akan menjadi buah cakap yang benuh dengan aroma kebusukan.

Perlakuan masyarakat yang demikian, dikarenakan sang perempuan itu telah melanggar norma reproduksi yang diagungkan. Sanksi sosial kemudian diberikan kepada perempuan yang bersangkutan, termasuk laki-laki yang menghamili, berupa tidak diberikan dukungan saat perempuan itu hamil. Kegalauan, rasa hawatir, dan semakin goyahnya keyakinan saat ia hamil, telah menyelimuti kesehariannya. Masyarakat tidak akan mau datang dalam perayaan kelahirannya. Perempuan yang hamil sebelum menikah ini, benar-benar dalam keadaan hamil tanpa dukungan sosial.

Terlebih perempuan yang bersangkutan membayangkan apa yang terjadi pada saat anaknya lahir nanti. Bagaimana anaknya akan dikucilkan dari hiruk pikuk sosial. Bayangan kehamilan yang penuh dengan penjara sosial, dan tidak lama kemudian sang calon anak yang akan lahir juga mendapatkan kado penjara sosial. Pada saatu itulah terjadi terpaan alam pikir yang goyah tanpa pegangan pada perempuan belia yang sedang hamil tanpa proses pernikahan.

Kemuliaan seorang perempuan telah tersandera dalam pagelaran prosesi kehamilan yang tidak diawali dengan pernikahan. Status sosial semakin terjerumus dalam lubang kehinaan. Dan bayangan anaknya nanti juga semakin terhempas dalam bejana sosial. Sungguh telah terjadi kemerosotan kekuatan mental dalam menjalani hidup yang masih dari separuh umur. Sehingga tidak aneh jika anak diusia belia yang sedang hamil cenderung tidak menerima kehamilannya sendiri.

Maka dari itu, para perempuan, jangan hamil tanpa menikah. Begitu halnya untuk laki-laki yang pandai menghamili, apakah engkau tidak membayangkan akibat tingkahmu? Marisempurnakan tatalaku hidup ini yang penuh dengan kemuliaan.

Kamis, 13 Februari 2014

Struktur Sosial

,
Tulisan ini merupakan dokumentasi dari proses pembelajaran di kelas. Penulis ucapkan terimakasih kepada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Pamotan, yang telah bersedia sebagai subjek sekaligus objek percobaan model pembelajaran dengan menggunakan model pembekajaran perbasis penelitian. Penulis juga ucapkan terimakasih kepada Kepala SMA Pamotan, karena telah mendukung model pembelajaran ini. Hal yang sulit penulis lupakan adalah hadirnya Kepala Pasar Tradisional Pamotan, yang telah bersedia mengkoreksi karya siswa yang berhubungan dengan struktur pasar. Dengan pembelajaran berbasis penelitian ini, saya dan para siswa tidak hanya mendapatkan keterampilan sain, kami juga mendapatkan beragam informasi dan permasahalah seputar tentang pasar tradisional. Sungguh pembelajaran ini telah membuka pengalaman istimewa yang tak terlupan. Dokumen ini tentunya menjadi milik bersama, seluruh siswa kelas XI IPS 1, sebagai wujud apresiasi saya terhadap kalian semua.
Langkah awal sebelum masuk dalam tahap demi tahap dari pembelajaran berbasis riset, hendaknya pengajar melihat kemampuan siswa terhadap materi yang akan diajarkan. Untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap materi yang akan diajarkan, hendaknya pengajar melakukan tes awal/pre tes kepada para siswa yang sedang menempuh pembelajaran tersebut. Disamping itu juga perlu diketahui hasil  belajar pada materi yang sama pada tahun sebelumnya serta  hasil belajar mata pembelajaran prasyarat untuk dapat mengikuti pembelajaran pada tematik yang diajarkan.
Berdasarkan hasil dari pemetaan potensi siswa terhadap materi, seorang pengajar hendaknya memiliki talenta dan kepiawaian dalam menyusun model-model pembelajaran yang mampu memacu semangat belajar siswa hingga mendapatkan nilai yang baik. Dalam hal ini, untuk mendorong tercapaikan hasil pembelajaran yang menyenangkan dan membanggakan.
Langkah-langkah pembelajaran secara umum dalam pembelajaran di kelas dapat dilakukan diantara; membuat rencana pembelajaran, mempersiapkan bahan-bahan pembelajaran, menyusun tugas-tugas yang perlu diselesaikan siswa, mempersiapkan instrumen evaluasi.
Pada kali ini, secara detail, proses pembelajaran dilakukan dengan kegiatan dan estimasi waktu sebagai berikut. Kegiatan dalam pertemuan ke 1 (45 menit) yaitu kontrak belajar dan pre tes, pertemuan ke 2 (90 menit) membahas materi tentang struktur sosial dan menyusun metode pembelajaran berbasis riset, pertemuan ke 3 (90 menit) penelitian di lapangan, dan pertemuan ke 5 menyusun produk laporan (45 menit), dan pertemuan ke 5 (90 menit) yaitu publikasi karya penelitian.

Tabel. Kegiatan dan estimasi waktu pembelajaran

Pertemuan ke -
Waktu
Kegiatan
Lokasi
1
45 menit
Kontrak belajar dan pre tes
Ruang kelas
2
90 menit
Teori struktur sosial dan metode pembelajaran berbasis riset
Ruang kelas
3
90 menit
Penelitian lapangan
Pasar Tradisional
4
45 menit
Menyusun produk
Ruang kelas
5
90 menit
Publikasi karya
Ruang kelas
    Sumber: Penulis, tahun 2013

Dalam memiliki keterampilan saintis, peserta didik dan guru mengunjungi pasar tradisional terdekat lokasi sekolah, yaitu pasar Pamotan Rembang Jawa Tengah. Peserta didik dibagi menjadi lima kelompok dengan fokus meneliti pada struktur sosial berbeda-beda. Lima kelompok tersebut adalah  kelompok yang meneliti struktur sosial pegawai pasar, struktur sosial pedagang, struktur sosial pembeli, struktur sosial transportasi, dan kelompok dengan meneliti struktur sosial masalah pada pasar tradisional Pamotan.

Keterampilan mengamati

Pascamelakukan penelitian tentang struktur sosial pada pasar tradisional Pamotan, keterampilan mengamati yang dikuasai oleh peserta didik adalah sebagai berikut. Keterampilan mengamati struktur kepegawaian pasar Pamotan dapat dilihat pada pengamatan tentang struktur organisasi pegawai pasar. Keterampilan mengamati struktur pedagang dapat dilihat pada kemampuan peserta didik dalam melihat barang dagangan apa yang dijual, kios kelas mana yang digunakan, serta derajat keamanan dan kebersihan dari masing-masing pedagang.

Gambar. Keterampilan mengamati peserta didik pada transportasi pasar
(Foto Ulang dari Portfolio Siswa, 2013)

Gambar. Suasana pasar sebagai objek dalam keterampilan mengamati
para peserta didik (Foto Suhadi, 2013)

Selanjutnya, keterampilan mengamati pada struktur transportasi dapat dilihat kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi jenis dan bentuk fisik alat transportasi yang digunakan. Selanjutnya keterampilan mengamati juga dimiliki peserta didik saat mengamati para pembeli di pasar Pamotan.

Gambar. Keterampilan mengamati peserta didik pada pembeli pasar
(Foto Ulang dari Portfolio Siswa, 2013)

Keterampilan Menanya
Selanjutnya, keterampilan menanya yang dikuasai oleh para peserta didik adalah sebagai berikut. Kelompok struktur sosial pegawai pasar menanya tentang; kendala pegawai, harapan dibentuknya struktur kepegawaian, luas pasar pamotan, jumlah kios pasar, dan harga kios pasar pamotan. Kelompok struktur sosial pedagang menanya tentang; modal yang dibutuhkan, keuntungan yang didapat, kendala yang didera, dan harapan yang diinginkan oleh pedagang di pasar tradisional pamotan.
Gambar. Keterampilan menanya peserta didik pada pegawai pasar
(Foto Suhadi, 2013)

Pada kelompok yang menanya tentang struktur sosial pembeli adalah sebagai berikut; pekerjaan pembeli, jenis barang yang dibeli, kendaraan yang digunakan pembeli, dan harapan yang diinginkan oleh pembeli terhadap keberadaan barang dan pasar tradisional pasar pamotan. Pada kelompok struktur sosial transportasi menanyakan tentang; jenis transportasi yang digunakan, pendapatan sehari-hari pengemudi, modal yang digunakan pengemudi transportasi, serta harapan pengemudi dikemudian hari. Selanjutnya kelompok struktur sosial masalah mampu menanya tentang masalah keamanan dan kebersihan yang ada di pasar tradisional Pamotan.

Gambar. Keterampilan menanya peserta didik pada pedagang pasar (Foto Suhadi, 2013)

Keterampilan Mencoba
Keterampilan mencoba yang dimiliki para peserta didik saat melakukan penelitian di pasar tradisional pamotan cenderung mengalami masalah. Permasalah tersebut dapat dilihat yaitu mereka masih enggan masuk ke pasar yang terkesan kurang bersih dengan suasana panas, dan kerap kali tidak mengendalikan respon pada saat wawancara berlansung. Responden juga kerap kali tidak memahami isi pertanyaan yang disampaikan para siswa. Bahkan terdapat kelompok yang putus asa karena ditinggal pergi dan menolak saat sedang dan akan melakukan wawancara.

Gambar. Kendala dalam meningkatkan keterampilan mencoba
para peserta didik (Foto Suhadi, 2013)

Keterampilan Menalar
Peserta didik mampu menghubungkan skema organisasi pasar pamotan terhadap tugas dari masing-masing pegawai pasar. Keterampilan penalarannya adalah peserta didik mampu mengklasifikasikan tugas dari masing-masing pegawai pasar terhadap kelas sosial pegawai pasar. Logika yang digunakan adalah semakin tinggi posisi pegawai pasar dalam skema struktur organsiasi pasar, dan semakin tinggi tugas pegawai di pasar tradisional Pamotan, maka kelas sosial pegawai tersebut adalah kelas atas, dan sebaliknya.
Keterampilan menalar di atas juga dimiliki oleh kelompok yang meneliti struktur sosial pembeli, pedagang, transportasi, dan masalah sosial pada pasar. Logika yang digunakan dalam menalar struktur sosial terhadap kelas sosial pasar adalah logika linier. Hal ini dapat dilihat pada keterampilan menalar kelompok pedagang. Semakin tinggi modal, keuntungan, dan kendala di pasar, maka pedagang itu akan diklasifikasikan pada kelas pedagang atas. Logika menalar tersebut juga digunakan pada kelompok yang meneliti struktur sosial transportasi.
Selanjutnya keterampilan menalar pada kelompok yang meneliti struktur sosial pembeli yaitu memposisikan kelas sosial atas pada pembeli memiliki pekerjaan terpandang, barang yang dibeli mahal, dan kendaraan yang digunakan pada saat membeli kategori kendaraan mewah dan mahal. Untuk klasifikasi pembeli yang masuk kelas sosial tengah dan bawah, secara logika nalar adalah sama. Hal senada juga digunakan dalam menalar kelas sosial masalah di pasar Pamotan, dengan dua indikator yang ditekankan dalam menyusun kelas sosial masalah di pasar. Dua indikator tersebut adalah derajat kebersihan dan keamanan. Semakin tinggi masalah tentang kebersihan dan keamanan, maka semakin tinggi dalam memposisikan masalah tersebut dalam kelas sosial.

Keterampilan Menyaji
Keterampilan menyaji yang dimiliki para peserta didik adalah sebagai berikut. Secara umum peserta didik telah memiliki keterampilan dalam mempresentasikan laporan penelitian di lapangan. Dengan model panelis, tiap-tiap kelompok mempresentasikan laporannya di depan kelas. Dengan sistematis tiap-tiap presentasi diawali dengan salam pembuka, menyampaikan latar belakang masalah, menyuguhkan masalah dalam penelitiannya, mengabarkan tujuan penelitianya, menceritakan metode penelitian yang digunakannya, mendeskripsikan temuan di lapangan, menganalisis bahan dengan mengkomunikaskan terhadap materi struktur sosial, menarik simpulan, hingga memberi saran kepada Kepala Pasar Tradisional terhadap masalah yang ada.
Keterampilan menyaji yang dimiliki peserta didik adalah sebagai berikut; dapat berbicara di depan orang banyak, tampil percaya diri saat presentasi, dan mampu menyampaikan gagasan dalam bentuk memberi masukan kepada Kepala Pasar Tradisional Pamotan. Walaupun demikian, peserta didik dalam proses penyajian laporan, mengalami kendala diantaranya; perasaan gerogi saat menyampaikan gagasan, takut salah atau tidak sesuai laporan saat berbicara, dan terdapat ketidaksesuaikan  dalam menyusun kalimat saat presentasi. 
Berdasarkan pengamatan di dalam kelas, peserta didik mampu memiliki keterampilan menyaji. Hal ini dapat dilihat petikan dari penyajian laporan penelitian kelompok satu saat presentasi berlangsung.
“Pertama, perkenalkan nama saya nurul solikhah, mewakili kelompok satu akan mempresentasikan tentang struktur organisasi pasar pamotan. Rumusan masalahnya yaitu satu, bagaimana bagan struktur pasar pamotan. Dua, apa tugas pegawai di struktur pasar pamotan. Tiga, apa kendala yang dihadapai dalam struktur pasar pamotan. Empat, bagaimana harapan di dalam struktur pasar pamotan” (Sumber: Dokumentari presentasi siswa, tahun 2013).

Dalam proses penyajian terdapat proses curah pendapat dan masukan dari ahli kepada peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari petikan masukan dari Kepala Pasar Pamotan, bapak Kusrin, sebagai berikut.

“Apa yang dikatakan kelompok satu sebagai struktur pasar itu memangnya sudah tepat pada posisi yang diberikan oleh teman2 yang ada dikelas ini. namun masih ada kurang, sebagian administrasi, administrasi itu kesimpulanya membagikan karcis2 yang ada di pasar, itu dibagikan oleh petugas2 kami. Adanya oenarik it kok ada empat, padahal di lapangan banyak, itu kita bantukan, dikarenakan tenaga kurang, untuk melakukan tugas di lapangan. Contohnya pak Jatmiko jadi penarik, lantas ada penjaga malam kita kurang tenaga” (Sumber: (Sumber: Film Dokumenter dan Transkip pada PTK Siklus I, terlampir).

Keterampilan menyaji pada peserta didik juga dapat dilihat pada kemampuan mengidentifikasi masalah nasional tentang pertransportasian di Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada petikan berikut ini.

“Kesimpulan, kelas atas truk contang. Kelas tengah tossa dan ojek. Kelas bawah becak dan delman. Saran pemerintah memperhatikan transportasi pasar yang ada di Indonesia” (Sumber: Dokumentasi presentasi kelas, Tahun 2013).

Gambar. Presentasi dengan mendatangkan ahli, sebagai media dalam meningkatkan keterampilan menyaji peserta didik (Sumber: Dokumentasi presetasi kelas, tahun 2013)

Suasana penyajian berlangsung komunikatif. Hal dapat dilihat terdapat proses timbal balik dari peserta presentasi yang bertanya kepada Kepala Pasar, dengan petikan sebagai berikut.

“Di pasar ada delma, sebagian besar ada untuk menempatkan kotoran kudanya, sebgaian besar tidak emmaki itu, membuang kotorannya di pasar, itu bagaimana mengatasinya? Delman, kotoran kuda, sebagian besar tidak memakai itu, ada yang tidak memakai itu, bagaimana pak?” (Sumber: Dokumentasi presetasi kelas, tahun 2013)


Dalam proses presentasi, guru juga terlibat aktif dalam proses diskusi. Hal ini dapat dilihat pada petikannya sebagai berikut.

“Tapi lagi lagi delman itu trasnportasi tradisional, kita tetap menjaga, karena itu ramah lingkungan, cuma teleknya yang ndak ramah lingkungan (hahaha). Mbaknya tadi kelompok 3 menyampaikan bahwa klasifikasi transportasi ada 3. Kelas atas, bus dan contang, kelas tengah, tossa dan ojek, kelas bawah becak dan delman. Pak, pengklasifikasian ini benar atau tidak pak?” (Sumber: Dokumentasi presetasi kelas, tahun 2013)


Keterampilan Mencipta
Para peserta didik telah mampu memiliki keterampilan mencipta yang diwujudkan dalam bentuk laporan penelitian. Keterampilan peserta didik dalam mencipta ini dapat dilihat diantaranya dihasilkan porfolio berupa karya ilmiah sejumlah lima laporan. Tiap-tiap laporan memiliki fokus masalah dan pembahasan yang berbeda-beda. Terdapat lima laporan penelitian lapangan diantaranya; struktur sosial organisasi pasar pamotan, struktur sosial pembeli, struktur sosial pedagang, struktur transportasi, dan laporan penelitian tentang struktur sosial masalah pada pasar tradisional Pamotan.
Tiap-tiap laporan penelitian lapangan terdiri dari tiga bab. Bab pertama yaitu pendahuluan yang memuat tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan metode penelitian. Bab kedua yaitu pembahasan yang memuat tentang deskripsi struktur sosial dari fokus masing-masing penelitian. Pada bagian ini merupakan bagian terpenting dalam laporan. Karena dalam bagian ini memuat tentang deskripsi kelas sosial pada pegawai pasar, pedagang, pembeli, transportasi, dan kelas sosial masalah di pasar tradisional Pamotan. Pada bagian ini juga memuat tentang kendala dengan disertai harapan dari lima struktur sosial yang ada di pasar Pamotan. Pada bagian ini juga memuat foto kegiatan penelitian dan foto dari tiap-tiap kelas sosial pada struktur sosial pasar tradisional.
Gambar. Keterampilan mencipta peserta didik
dengan produk laporan penelitian (Foto Suhadi, 2013)

Adapun bukti fisik dari laporan penelitian pada pembelajaran tindakan kelas siklus pertama ini dapat dilihat pada lampiran portfolio siswa.

Hasil Observasi dan Monitoring
Setelah tindakan dilakukan selama 5 pertemuan (8 jam pelajaran) kemudian dilakukan evaluasi yang dimaksudkan untuk melihat keberhasilan dan penguasaan materi pembelajaran. Hal tersebut melalui pemberian tes pengamatan dan laporan penelitian kepada para peserta didik.
Produk evaluasi yang digunakan yaitu berupa hasil penelitian struktur sosial pada pasar tradisional. Para siswa telah selesai menyusun laporan penelitian struktur sosial pada pasar tradisional secara kelompok. Judul-judul naskah hasil penelitiannya yaitu struktur sosial pada pegawai pasar tradisional, struktur sosial pada pedagang di pasar tradisional, struktur sosial pada pembeli pasar tradisional, struktur sosial transportasi pasar tradisional, dan struktur sosial masalah di pasar tradisional. Laporan penelitian tersebut dipresentasikan dan didiskusikan untuk memperoleh masukan dari ahli pasar hewan, guru, teman-temannya, serta pada teman-teman kelas sejawat. Setelah itu direvisi kembali agar diperoleh laporan penelitian yang lebih sempurna. Laporan yang telah direvisi kemudian dicetak dalam bentuk portfolio siswa untuk dilakukan penilaian. Adapun nilai dari kinerja siswa tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Berdasarkan hasil tes dan hasil produk pembelajaran dapat dinyatakan telah terjadi peningkatan seperti dalam mengikuti pembelajaran yakni tampak siswa lebih bergairah dan aktif bertanya, berdiskusi dan melaksanakan tugas. Dalam hal pengusaan materi, setelah dilakukan perbandingan antara pre tes dan pos tes, siswa telah terjadi perubahan yang cukup berarti. Perbandingan nilai tersebut dapat disajikan pada tabel berikut:

Tabel. Nilai  Pre Tes dan Pos tes Siklus I Siswa
No.
Nilai
Nilai Pre Tes
Nilai Pos tes
F
%
F
%
1
100
-
-
8
28
2
<100
-
-
12
41
3
90
-
-
5
14
4
<90
-
-
3
11
5
80
-
-
1
3
6
<80
-
-
1
3
6
70
25
83
0
0
7
<70
5
17
0
0


30
100
30
100
Sumber: Hasil evaluasi pembelajaran, tahun 2013

Dari tabel tersebut di atas tampak adanya perubahan yang semula nilai maksimal yang diperoleh siswa  70 menjadi nilai maksimal 100 dan minimal <80.

Refleksi
Kesungguhan pembelajaran melalui pendekatan pembelajaran berbasis riset terbukti cukup baik. Hal ini dilihat dari aktivitas mengamati, menanya, menalar, menyaji, dan mencipta. Dalam keterampilan mengamati, tiap-tiap kelompok telah mampu mengidentifikasi tentang apa saja indikator yang perlu diamati. Mereka sebagian besar piawai dalam mengembangkan indikator-indikator dalam mengidentifikasi struktur sosial pada pegawai pasar hingga masalah pasar di pasar Tradisional Pamotan. Keterampilan mengamati ini pengaruhi oleh kegiatan pasar yang mendukung.
Untuk keterampilan menanya, tiap-tiap kelompok telah mampu mengembangkan pertanyaan dalam mengungkap struktur sosial di pasar pamotan. Walaupun demikian, mereka masih tampak canggung dalam melontarkan pertanyaan. Kerjasama kelompok juga masih menjadi kendala dalam kegiatan mengumpulkan bahan di lapangan. Mereka juga kerap malu dan tidak percaya diri saat memulai wawancara.
Pada keterampilan mencoba, peserta didik saat penelitian di pasar tradisional pamotan cenderung belum tampak. Tiap-tiap kelompok mengaku menemui masalah pada saat melakukan wawancara. Permasalah tersebut diantaanya; para responden menolak diwawancarai, sikap cuek saat diwawancarai, dan responden bercanda pada saat diwawancarai.
Keterampilan mencoba yang kurang nampak terbangun ini dikarenakan para responden di pasar tradisional sedang melangsungkan aktivitas padat. Para pedagang sibuk melayani pembeli, para pembeli sibuk memilih barang, para sopir sibuk menyiapkan tumpangannya, dan para pegawai pasar sibuk melayani administrasi pasarnya. Sebuah tantangan berat untuk para pemula dalam mengembangkan keterampilan mencoba pada suatu kegiatan yang jarang dilakukannya. Hal ini dikarenakan peserta didik datang ke pasar tradisional pada pukul tujuh hingga delapan pagi. Dalam mengatasi masalah keterampilan mencoba di atas, guru dan kepala pasar mendampingi para siswa pada saat melakukan wawancara. Proses pendampingan di lapangan terbukti mampu mendorong keterampilan mencoba pada siswa dalam mengumpulkan bahan penelitian yang sesuai dengan materi pembelajaran.
Selanjutnya pada keterampilan menalar, berdasarkan pengamatan dan evaluasi produk akhir siswa, peserta didik telah memiliki keterampilan menalar ketika mengikuti pembelajaran berbasis penelitian. Hal ini dapat dilihat setiap peserta mampu mengidentifikasi kenyataan lapangan dengan menghubungkannya terhadap materi struktur sosial. Peserta didik mampu memilih dan memilah data yang apa yang perlu dikumpulkan dan bagaimana cara menghubungkannya dengan materi pelajaran. Mereka yang fokus dalam menjawab struktur sosial pada pegawai pasar, mereka mampu menunjukkan pegawai pasar mana yang menduduki di kelas sosial atas hingga kelas bawah. Pada kelompok pedagang dan pembeli pun demikian, mereka mampu memetakan kelas sosialnya masing-masing. Mereka juga telah mampu mengidentifikasi kendala-kendala dari tiap-tiap struktur sosial yang dijadikan fokus pembelajaran.
Kemudian keterampilan menyaji, secara umum peserta didik telah memiliki keterampilan dalam mempresentasikan laporan penelitian di lapangan. Hal ini dapat dilihat keterampilan menyaji yang dimiliki peserta didik diantaranya; mampu menyampaikan hasil penelitian di depan kelas, tampil percaya diri saat presentasi, dan mampu menyampaikan gagasan dalam bentuk memberi masukan kepada Kepala Pasar Tradisional Pamotan.  Adapun kendala saat penyajian laporan diantaranya; rasa gerogi saat menyampaikan gagasan, takut salah, dan terdapat ketidaksesuaikan  dalam menyusun kalimat saat presentasi. 
Untuk keterampilan mencipta,  secara umum peserta didik telah memiliki keterampilan dalam menyusun laporan penelitian karya ilmiah sederhana. Hal ini dapat dilihat keterampilan dalam menyusun karya ilmiah dengan lima laporan penelitian lapangan diantaranya; struktur sosial organisasi pasar pamotan, struktur sosial pembeli, struktur sosial pedagang, struktur transportasi, dan laporan penelitian tentang struktur sosial masalah pada pasar tradisional Pamotan. Hanya saja masih terdapat kendala berupa kesulitan siswa dalam mengolah informasi dalam bentuk tabulasi data serta menuangkan analisis dalam bentuk uraian tertulis yang komunikatif.
Prestasi siswa pada mata pembelajaran ini dapat dikatakan baik, hal ini dapat dilihat dari nilai pos tes yang diperoleh siswa sebagian besar di atas 90. Hanya sebagian kecil/sedikit saja yang memperoleh nilai < 80. Namun demikian peneliti memandang masih perlu ditingkatkan lagi mengingat masih ada yang memperoleh nilai  < 80 dan baru sebagian kecil yang memperoleh nilai 100. Agar diperoleh hasil yang lebih optimal lagi penelitian ini perlu dilanjutkan lagi ke siklus II dengan penekanan pada keterampilan sebagai berikut.
Dalam meningkatkan keterampilan mencoba, pada saat wawancara dengan responden, hendaknya peneliti mampu memposisikan diri saat kapan harus wawancara dan saat kapan harus pengamatan. Kegiatan penelitian hendaknya tidak mengganggu berlebihan akan kegiatan keseharian responden. Dalam mensiasati keterbatasan waktu dalam penelitian, hendaknya peneliti menyiapkan sedemikian rupa akan petunjuk wawancara dan pengamatan agar saat di lapangan, penelitian dapat berlangsung efektif.
Selanjunya, dalam meningkatkan keterampilan menyaji, keterampilan dalam menyampaikan gagasan di depan umum perlu adanya persiapan dalam bentuk latihan presentasi. Proses latihan presentasi dapat dilakukan dalam kelompok kecil. Pada saat presentasi, anggota kelompok dapat saling memberi masukan tentang teknik presentasi serta penajaman akan isi dari laporan yang dipresentasikan.
Kemudian dalam rangka meningkatkan keterampilan mencipta, hal yang perlu dilakukan yaitu memberi motivasi bahwa menulis karya ilmiah itu mudah. Hal terpenting juga, perlu dilakukan pendampingan seorang guru kepada siswa pada saat proses penyusunan produk pembelajaran.
Semoga bermanfaat.


 

sosiologi Copyright © 2011 | Template design by O Pregador | Powered by Blogger Templates